Hari Biasa, Pekan Biasa XIII Rabu, 1 Juli 2020

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XIII

Rabu, 1 Juli 2020

Ujud Umum/Universal – Keutuhan keluarga.
Semoga keluarga-keluarga pada zaman ini tidak merasa sendirian karena senantiasa dapat menemukan cinta, penghargaan dan bimbingan yang mereka perlukan demi terjaganya keutuhan keluarga.

Ujud Gereja Indonesia – Sumber daya manusia.
Semoga dalam rangka peningkatan sumber daya manusia yang dicanangkan pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan Katolik, menemukan sarana-sarana untuk menyiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan zaman milenial.


Bacaan Pertama
Am 5:14-15.21-24

“Jauhkanlah daripadaku keramaian nyanyianmu,
dan biarlah keadilan selalu mengalir seperti sungai.”

Pembacaan dari Nubuat Amos:

Carilah yang baik dan jangan yang jahat,
agar kalian hidup.
Dengan demikian Tuhan, Allah semesta alam, akan menyertai kalian
seperti yang kalian katakan.
Bencilah yang jahat, cintailah yang baik,
dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang.
Mungkin Tuhan, Allah semesta alam,
akan mengasihani sisa-sisa keturunan Yusuf.
Tuhan bersabda,
“Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu,
dan Aku tidak senang akan kumpulan rayamu.
Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku
kurban bakaran dan kurban sajianmu,
Aku tidak suka,
Aku tidak mau  memandang kurban keselamatan
yang berupa ternak tambun.
Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyianmu.
Aku tidak mau mendengar lagu gambusmu.
Tetapi hendaknya keadilan bergulung-gulung seperti air,
dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.”

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 50:7.8-9.10-11.12-13.l6bc-17,R:23b

Refren: Aku akan memperlihatkan keselamatan Allah
kepada yang jujur jalannya.

*Dengarlah, hari Umat-Ku, aku hendak berfirman!
Dengarlah hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu;
Akulah Allah, allahmu!

*Bukan karena kurban sembelihan engkau dihukum,
sebab kurban bakaranmu senantiasa ada di hadapan-Ku!
Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu
atau kambing jantan dari kandangmu.

*Sebab segala binatang hutan adalah milik-Ku,
dan ribuan hewan di gunung adalah kepunyaan-Ku.
Aku kenal segala burung di udara,
dan semua yang bergerak di padang adalah milik-Ku.

*Jika aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu,
sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya.
Daging lembu jantankah makanan-Ku?
Atau darah kambing jantankah minuman-Ku?

*Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku,
dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu,
padahal engkau membenci teguran,
dan mengesampingkan firman-Ku?


Bait Pengantar Injil
Yak 1:18

Atas kehendak-Nya sendiri
Allah telah menciptakan kita dengan kebenaran,
agar kita menjadi yang pertama dari ciptaan-Nya.


Bacaan Injil
Mat 8:28-34

“Adakah Engkau kemari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari Yesus menyeberang danau Genesaret
dan tiba di daerah orang Gadara.
Maka datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan,
menemui Dia.
Mereka itu sangat berbahaya,
sehingga tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu.
Dan mereka itu pun berteriak, katanya,
“Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah?
Adakah Engkau ke mari
untuk menyiksa kami sebelum waktunya?”

Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi
sedang mencari makan.
Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya,
“Jika Engkau mengusir kami,
suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu.”
Yesus berkata kepada mereka, “Pergilah!”
Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu.
Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang
ke dalam danau,
dan mati di dalam air.
Para penjaga babi lari,
dan setibanya di kota, mereka menceritakan segala sesuatu,
juga tentang dua orang yang kerasukan itu.
Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus
dan setelah mereka berjumpa dengan Dia,
mereka mendesak supaya Ia meninggalkan daerah mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.


keadilan dan kebenaran surgawi

Renungan Injil
Dalam ratapannya kali ini, Amos menasehati kita,
“Carilah yang baik dan jangan yang jahat.
Bencilah yang jahat, cintailah yang baik.”
Tujuannya jelas, bahwa akan datang Hari Tuhan dalam wujud penghakiman dan penghancuran, secara mendadak dan tak terduga-duga.
Maka menjadi penting untuk menegakkan keadilan, menjauhkan penyembahan berhala.
Hanya dengan demikianlah bangsa Israel akan tetap hidup, akan selamat.

Mari kita renungkan lebih jauh.
Mula-mula tentang dikotomi “Baik vs Jahat”.
Apa saja yang dapat dikatakan baik, untuk kita cari?
Kebaikan yang kita cari itu kebaikan menurut versi siapa?
Apakah membenci yang jahat termasuk yang baik?
Apakah mencintai yang baik sudah dapat dikatakan baik?
Ya, ini termasuk hal-hal yang telah disempurnakan oleh Yesus sendiri,
“Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.”  [Luk 6:33]
Lebih jauh lagi, “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.”  [Luk 6:27b-28]
Dan penyempurnaan lainnya yang dari Yesus.
Intisarinya, segala sesuatu yang berasal dari Allah di Surga itu semuanya baik, sama sekali tak ada yang jahat.
Sebagai pengikut Kristus, kita percaya bahwa segala yang baik itu telah dituliskan di dalam Injil, maka carilah yang baik di dalam Injil karena adanya memang di situ.

Kemudian tentang keadilan, apa itu?  Apa takarannya?
Hati-hati, jangan sampai kita terjebak oleh makna ganda dari kata adil itu.
Adil menurut ukuran duniawi artinya tidak memihak, tidak berat sebelah.
Yang salah patut dihukum, yang baik boleh dipuji.
Tetapi ini seringkali bertentangan dengan keadilan menurut ukuran Surgawi.
Keadilan menurut surgawi artinya: berpihak kepada yang benar, berpegang pada kebenaran.
Yesus pun telah banyak menyempurnakan urusan keadilan ini.
Tentu kita masih ingat perumpamaan Yesus tentang orang upahan yang bekerja di kebun anggur.
Orang-orang yang telah bekerja sejak pagi hari menjadi bersungut-sungut melihat “ketidak-adilan” dari si tuan pemilik kebun, “Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.”
Inilah keadilan versi dunia, tidaklah adil menyamakan upah pekerja yang hanya bekerja satu jam dengan pekerja lain yang bekerja sejak pagi hingga sore hari.
Kalau menurut versi surga, telah disepakati seorang pekerja akan menerima upah satu dinar setelah bekerja se hari penuh, dan hak pekerja itu pun telah pula dibayarkan, lalu ketidak-adilannya dimana?
Lebih jauh lagi, keadilan versi dunia hanya akan menghasilkan kekecewaan, irihati, atau marah.
Lihatlah apa yang dikatakan oleh tuan pemilik kebun, “Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”
Jelas, kemurahan hati itu adil menurut versi surgawi, artinya Surga berpihak kepada kemurahan hati, berpegang kepada kebenaran bahwa murah hati itu adalah kebenaran.

Nah, marilah kita juga berpihak kepada kebenaran surgawi, membangun dan memelihara keadilan versi surgawi, seperti air di sungai yang mengalir bergulung-gulung tiada henti, itulah kebenaran yang melandasi keadilan surgawi.


Peringatan Orang Kudus
Hari Raya Darah Yesus Yang Mahakudus
Hari Raya Darah Yesus Yang Mahakudus mau mengarahkan hati kita kepada makna peristiwa “Sengsara Kristus”, yang diwarnai dengan pertumpahan DarahNya yang kudus demi keselamatan umat manusia. Seluruh umat diajak untuk merenungkan tentang mahalnya harga bayaran yang harus ditanggung oleh Kristus, sekaligus tentang rahasia cinta kasihNya demi penebusan dosa umat manusia. Akhirnya umat juga diajak bersyukur dan berterima kasih kepada Kristus atas kerelaanNya untuk menderita demi keselamatan umat manusia.
Dalam doa sesudah komuni, Gereja berdoa: “Kami menimba air dari Sumber Penyelamat kami dengan sukacita. Kami mohon, moga­moga darahMu menjadi bagi kami sumber air yang memancarkan kehidupan yang kekal”.
Pesta ini diresmikan oleh Sri Paus Pius IX (1846-1878), sebagai tanda syukur atas peristiwa kembalinya Sri Paus ke Roma setelah pemberontakan dikalahkan. Ketika Paus Yohanes XXIII naik takhta, beliau tidak saja meningkatkan pesta ini menjadi satu hari raya Gereja, tetapi juga menunjukkan devosi yang besar kepada Darah Yesus yang Maha­kudus itu.


Harun, Imam Agung Israel
Harun atau Aaron dari suku Levi adalah kakak nabi Musa dan Imam Agung pertama bani Israel. Ia dikenal sebagai orang yang pandai bicara. la ditentukan Allah untuk membantu Musa dalam tugasnya membebaskan bangsa Israel dari cengkeraman penindasan Firaun di Mesir. Ia diangkat Allah menjadi Imam Agung ketika bangsa Israel masih berada di Mesir (Kel 4:14-16).
Tugasnya sebagai pendamping Musa adiknya dilaksanakannya dengan baik. la tampil sebagai juru bicara Musa setiap kali mereka menghadap Firaun untuk menuntut pembebasan bangsa Israel (Kel 7:1-2). Selanjutnya setelah bangsa Israel diizinkan meninggalkan Mesir, Harun tetap setia mendampingi Musa untuk membimbing bangsa itu dalam perjalanan menuju Sinai, tempat mereka mempersembahkan korban kepada Yahweh. Di Sinai, sesuai perintah Tuhan, Harun mendapat kesempatan istimewa untuk melihat Tuhan di atas gunung Sinai bersama Musa, Nadab dan Abihu serta tujuhpuluh orang dari tua-tua Israel (Kel 24:9-10).
Kemudian karena Musa sangat lama tinggal di atas gunung, bangsa Israel mendesak Harun untuk menciptakan bagi mereka allah lain dalam bentuk patung lembu emas untuk disembah (Kel 32:1-6; 21-24). Seperti Musa, Harun tidak diperkenankan memasuki Tanah Terjanji Kanaan karena ketidakpercayaannya kepada Tuhan di sumber air Meriba (Bil 20:7-13).


Beato Oliver Plunkett, Martir
Oliver Plunkett lahir di Loughcrew, County Meath, Irlandia pada tahun 1629. Pendidikan imamatnya berlangsung di Roma di bawah bimbingan pamannya yang telah menjadi imam. Pada tahun 1654, ia ditahbiskan menjadi imam. Karya imamatnya dimulai dengan mengajar teologi di Kolese Penyebaran Iman di Roma. Putra kelahiran Irlandia ini menjadi seorang imam yang pandai sekali dalam mengajar. Di Roma ia mewakili Uskup-uskup Irlandia di Takhta Suci. Pada tanggal 9 Juli 1669, Oliver diangkat menjadi Uskup Agung Armagh dan Primat Irlandia.
Dalam jabatannya itu Oliver terbukti menjadi seorang pemimpin Gereja yang patut diteladani. Dalam 4 tahun karyanya sebagai uskup, ia telah berhasil mempermandikan 48.000 orang menjadi Katolik. Jumlah ini menunjukkan suatu prestasi yang menakjubkan sekali dalam situasi penganiayaan terhadap umat Katolik Irlandia saat itu.
Selain giat dalam bidang pewartaan Injil dan Katekese, ia juga giat mengembangkan pendidikan Katolik, mengadakan sinode-sinode untuk mengatur hidup Gereja dan pengembangan iman umat, menahbiskan sejumlah imam dan mengawasi kegiatan imam-imamnya. Pimpinan Gereja Protestan mulai bersahabat dengan Gereja Katolik pada masa kepemimpinan Uskup Oliver Plunkett.
Disamping kegemilangan yang diraihnya, ada pula banyak tantangan terhadap karyanya. la terpaksa tinggal di suatu tempat persembunyian tatkala aksi perlawanan terhadap Gereja Katolik semakin menjadi­jadi. Pada bulan Desember 1678 Uskup Oliver ditangkap dan dipenjarakan karena tuduhan-tuduhan palsu dari Titus Oates. Titus menuduh Oliver mengorganisir para imam Yesuit untuk melancarkan perlawanan terhadap Raja Charles II. Karena tuduhan ini, Oliver dihadapkan ke pengadilan Irlandia pada tahun 1680. Pengadilan tidak berhasil menghukumnya karena tuduhan itu tidak benar. Oliver kemudian diadili lagi untuk kedua kalinya di hadapan pengadilan Inggris dengan tuduhan pengkhianatan. la dituduh membiayai suatu ekspedisi militer Prancis untuk menyerang Irlandia. Oliver yang merasa tidak melakukan hal itu dengan tegas menolak tuduhan itu. Tetapi pihak pengadilan menjatuhkan juga hukuman atas diri Oliver tanpa ampun.
Uskup Oliver Plunkett adalah tokoh Katolik terakhir yang mati digantung di Inggris karena imannya dan perjuangannya menyebarkan iman Katolik. Kematiannya pada tanggal 11 Juli 1681 menandai akhir suatu abad penganiayaan terhadap Umat Katolik di Inggris.


Santo Teodorikus, Abbas
Teodorikus lahir di Menancourt, dekat Rheims, Prancis Selatan pada pertengahan abad V. Ketika menanjak dewasa, ia dipaksa mengawini seorang gadis yang disenangi oleh keluarganya. Teodorikus, karena rasa hormatnya yang tinggi kepada orang-tuanya, mengikuti saja keinginan mereka.
Tetapi setelah baberapa lama hidup bersama wanita itu sebagai suami-istri, dengan izinan istrinya, Teodorikus meninggalkan keluarganya dan menjadi seorang calon imam di Rheims. Santo Remigius, uskup kota itu, menahbiskan dia menjadi imam dan mengangkatnya sebagai pemimpin komunitas biara Mont d’Or (= Gunung Emas) di Champagne.
Di bawah kepemimpinannya, biara Mont d’Or menjadi sebuah pusat kegiatan keagamaan yang terkenal. Banyak orang yang berkunjung ke biara itu diteguhkan imannya setelah mendengar kotbah-kotbah Teodorikus. Setelah kematiannya pada tahun 533, penghormatan kepada Teodorikus tersebar ke seluruh negeri Prancis. Santo Teodorikus disebut juga dengan nama Santo Thierry.


Santo Pambo, Pertapa
Semenjak masa mudanya Pambo mengasingkan diri ke sebuah tempat pertapaan di gurun pasir Mesir. Hidupnya keras, sederhana dan serba kekurangan. Karena dia tidak pandai membaca, ia berguru pada seorang pertapa lain dalam hal membaca dan menghafal ayat-ayat Mazmur. Selain tidak pandai membaca, Pambo pun dikenal sebagai pertapa yang tidak suka banyak bicara. Namun ia dikenal sebagai pembimbing rohani yang disenangi.
Apabila orang mamintai nasehat dan bimbingan mengenai sesuatu soal kerohanian, Pambo selalu meminta waktu lebih dahulu untuk merenung dan berdoa. Maksudnya agar dia bisa memberi jawaban yang benar dan memuaskan sesuai dengan kehendak Allah.  Santo Athanasius, Uskup Aleksandria, yang kagum akan kesalehan hidup Pambo, mengundang dia ke Aleksandria untuk memberi kesaksian tentang keallahan Kristus, berhadapan dengan ajaran sesat Arianisme yang merajalela di kalangran umat.
Kepada rekan-rekannya, Pambo mengatakan “Berpuasa dan memberi derma dari hasil keringat sendiri amatlah mulia, namun itu belumlah cukup untuk menjadi seorang rahib yang berkenan kepada Allah”. Pambo meninggal dunia pada tahun 390.


Santo Simeon Salos, Pengaku Iman
Simeon dijuluki ‘Si Gila’ (= ho Salos; Yun.) sebab setelah bertapa selama 29 tahun di gurun dekat Laut Mati dan pulang ke Homs (Siria), ia bertingkah seperti orang gila. Maksudnya supaya ia dianggap hina dan dapat berkawan dengan orang-orang yang paling dikucilkan oleh masyarakat (gelandangan, orang lumpuh, pelacur, dll). Sikap seperti ini masih dihargai dan ditiru oleh sementara biarawan di Rusia.

Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/

Leave a Reply

*

captcha *