Hari Biasa, Pekan Biasa XIII Jumat, 1 Juli 2022

Liturgia Verbi (C-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa XIII

Jumat, 1 Juli 2022

Ujud Gereja Universal – Menghargai warisan lansia.
Kita berdoa untuk para lansia; pada mereka kita dapat merasakan kembali akar hidup dan warisan berharga; semoga pengalaman dan kebijaksanaan mereka membantu kaum muda untuk menatap masa depan dengan penuh harapan dan tanggungjawab.

Ujud Gereja Indonesia – Kegelisahan anak muda.
Kita berdoa, semoga Gereja memberikan perhatian khusus kepada anak-anak muda yang dipresi, gelisah, putus asa dan kehilangan harapan akan masa depannya karena dampak pandemi selama ini.


Bacaan Pertama
Am  8:4-6.9-12

“Aku akan mengirimkan kelaparan, bukan kelaparan akan makanan,
melainkan kelaparan akan sabda Tuhan”

Pembacaan dari Nubuat Amos:

Dengarkanlah ini, kalian yang menginjak-injak orang miskin,
dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini;
kalian yang berpikir,
“Kapan pesta bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum?
Kapan hari Sabat berlalu, supaya kita boleh berdagang terigu?
Kita akan memperkecil takaran,
menaikkan harga dan menipu dengan neraca palsu.
Kita akan membeli orang papa dengan uang
dan membeli orang miskin karena sepasang kasut.
Kita akan menjual terigu tua.”

“Pada hari itu akan terjadi,” demikianlah firman Tuhan Allah,
“Aku akan membuat matahari terbenam di siang hari
dan membuat bumi gelap pada hari cerah.
Aku akan mengubah perayaan-perayaanmu menjadi perkabungan,
dan segala nyanyianmu menjadi ratapan.
Aku akan mengenakan kain kabung pada setiap pinggang
dan menjadikan gundul setiap kepala.
Kalian akan berkabung seperti atas kematian anak tunggal,
sehingga akhirnya menjadi seperti hari yang pahit pedih.”

“Sesungguhnya, waktu akan datang,”
demikianlah firman Tuhan Allah,
“Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini,
bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air,
melainkan akan mendengarkan sabda Tuhan.
Mereka akan mengembara dari laut ke laut
dan menjelajah dari utara ke timur
untuk mencari sabda Tuhan,
tetapi tidak menemukannya.”

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm  119:2.10.20.30.40.131,R:Mat 4:4

Refren: Manusia hidup bukan dari roti
tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.

*Berbahagialah orang yang hidupnya tidak bercela,
yang hidup menurut sabda Tuhan.

*Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau,
jangan biarkan aku menyimpang dari perintah-Mu.

*Hancurlah jiwaku karena rindu
kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu.

*Aku telah memilih jalan kebenaran,
dan telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku.

*Sesungguhnya aku rindu kepada titah-titah-Mu,
hidupkanlah aku dengan keadilan-Mu!

*Mulutku kungangakan dan megap-megap,
sebab aku mendambakan perintah-perintah-Mu.


Bait Pengantar Injil
Mat 11: 28

Datanglah pada-Ku, kalian yang letih dan berbeban berat,
maka Aku akan membuat kalian lega.


Bacaan Injil
Mat  9:9-13

“Bukan orang sehat yang memerlukan dokter;
Aku menginginkan kasih sayang, bukan persembahan.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Pada suatu hari Yesus melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai.
Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku.”
Matius segera berdiri dan mengikut Yesus.

Kemudian, ketika Yesus makan di rumah Matius,
datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa,
makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
Melihat itu orang-orang Farisi berkata kepada murid-murid Yesus,
“Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

Yesus mendengarnya dan berkata,
“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib,
tetapi orang sakit.
Maka pelajarilah arti sabda ini,
‘Aku menginginkan belas kasihan, bukan persembahan.’
Aku datang bukannya untuk memanggil orang benar,
melainkan orang berdosa.”

Demikianlah sabda Tuhan.


makan di pemungut cukain

Renungan Injil
Kali ini situasinya cukup dilematis kalau kita berbicara soal kuasa Allah.
Bacaan Injil hari ini adalah salah satu contoh yang mengungkapkan bahwa kuasa Allah itu bekerja bukan hanya untuk orang benar tetapi juga untuk yang tidak benar.
Malah Yesus mengungkapkannya cukup keras, “Aku datang bukannya untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Coba deh, ada banyak orang yang lebih baik dari seorang pemungut cukai berharap dipanggil menjadi murid Yesus, tetapi Yesus malah memanggil Matius yang malahan sedang duduk-duduk di rumah cukai.
Yesus berkata kepadanya, “Ikutlah Aku.”
Dan bahkan banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Yesus.
Gak salah nih?

Apa iya, kalau saya mesti menjadi tidak benar supaya Yesus berkenan datang kepada saya?
Ini persis seperti perumpamaan Yesus tentang anak bungsu yang durhaka tetapi disambut meriah ketika pulang, dan itu membuat kakaknya menjadi irihati.
Juga serupa dengan perumpamaan tentang upah yang sama untuk pekerja yang mulai bekerja di pagi hari dan di sore hari.

Kalau kita ini sudah menjadi orang benar, artinya kita sudah tinggal se-rumah dengan Tuhan, masak iya masih berharap didatangi atau dipanggil-panggil oleh Yesus?
Sederhana saja, yang dicari-cari itu yang tidak ada atau yang hilang tersesat, yang sudah di rumah iya gak perlu dicari-cari kan?

Maka, janganlah kita menjadi irihati kalau Tuhan berbuat baik kepada orang yang tidak baik, sebab Tuhan mau kita juga mengerjakan yang sama.
Ayo kita mulai hari ini, berbuat baiklah kepada siapa saja, gak usah pandang ia orang benar atau tidak, maka Yesus menjamin kuasa Allah akan bekerja bersama kita.


Peringatan Orang Kudus
Hari Raya Darah Yesus Yang Mahakudus
Hari Raya Darah Yesus Yang Mahakudus mau mengarahkan hati kita kepada makna peristiwa “Sengsara Kristus”, yang diwarnai dengan pertumpahan DarahNya yang kudus demi keselamatan umat manusia. Seluruh umat diajak untuk merenungkan tentang mahalnya harga bayaran yang harus ditanggung oleh Kristus, sekaligus tentang rahasia cinta kasihNya demi penebusan dosa umat manusia. Akhirnya umat juga diajak bersyukur dan berterima kasih kepada Kristus atas kerelaanNya untuk menderita demi keselamatan umat manusia.
Dalam doa sesudah komuni, Gereja berdoa: “Kami menimba air dari Sumber Penyelamat kami dengan sukacita. Kami mohon, moga­moga darahMu menjadi bagi kami sumber air yang memancarkan kehidupan yang kekal”.
Pesta ini diresmikan oleh Sri Paus Pius IX (1846-1878), sebagai tanda syukur atas peristiwa kembalinya Sri Paus ke Roma setelah pemberontakan dikalahkan. Ketika Paus Yohanes XXIII naik takhta, beliau tidak saja meningkatkan pesta ini menjadi satu hari raya Gereja, tetapi juga menunjukkan devosi yang besar kepada Darah Yesus yang Maha­kudus itu.

Harun, Imam Agung Israel
Harun atau Aaron dari suku Levi adalah kakak nabi Musa dan Imam Agung pertama bani Israel. Ia dikenal sebagai orang yang pandai bicara. la ditentukan Allah untuk membantu Musa dalam tugasnya membebaskan bangsa Israel dari cengkeraman penindasan Firaun di Mesir. Ia diangkat Allah menjadi Imam Agung ketika bangsa Israel masih berada di Mesir (Kel 4:14-16).
Tugasnya sebagai pendamping Musa adiknya dilaksanakannya dengan baik. la tampil sebagai juru bicara Musa setiap kali mereka menghadap Firaun untuk menuntut pembebasan bangsa Israel (Kel 7:1-2). Selanjutnya setelah bangsa Israel diizinkan meninggalkan Mesir, Harun tetap setia mendampingi Musa untuk membimbing bangsa itu dalam perjalanan menuju Sinai, tempat mereka mempersembahkan korban kepada Yahweh. Di Sinai, sesuai perintah Tuhan, Harun mendapat kesempatan istimewa untuk melihat Tuhan di atas gunung Sinai bersama Musa, Nadab dan Abihu serta tujuhpuluh orang dari tua-tua Israel (Kel 24:9-10).
Kemudian karena Musa sangat lama tinggal di atas gunung, bangsa Israel mendesak Harun untuk menciptakan bagi mereka allah lain dalam bentuk patung lembu emas untuk disembah (Kel 32:1-6; 21-24). Seperti Musa, Harun tidak diperkenankan memasuki Tanah Terjanji Kanaan karena ketidakpercayaannya kepada Tuhan di sumber air Meriba (Bil 20:7-13).

Beato Oliver Plunkett, Martir
Oliver Plunkett lahir di Loughcrew, County Meath, Irlandia pada tahun 1629. Pendidikan imamatnya berlangsung di Roma di bawah bimbingan pamannya yang telah menjadi imam. Pada tahun 1654, ia ditahbiskan menjadi imam. Karya imamatnya dimulai dengan mengajar teologi di Kolese Penyebaran Iman di Roma. Putra kelahiran Irlandia ini menjadi seorang imam yang pandai sekali dalam mengajar. Di Roma ia mewakili Uskup-uskup Irlandia di Takhta Suci. Pada tanggal 9 Juli 1669, Oliver diangkat menjadi Uskup Agung Armagh dan Primat Irlandia.
Dalam jabatannya itu Oliver terbukti menjadi seorang pemimpin Gereja yang patut diteladani. Dalam 4 tahun karyanya sebagai uskup, ia telah berhasil mempermandikan 48.000 orang menjadi Katolik. Jumlah ini menunjukkan suatu prestasi yang menakjubkan sekali dalam situasi penganiayaan terhadap umat Katolik Irlandia saat itu.
Selain giat dalam bidang pewartaan Injil dan Katekese, ia juga giat mengembangkan pendidikan Katolik, mengadakan sinode-sinode untuk mengatur hidup Gereja dan pengembangan iman umat, menahbiskan sejumlah imam dan mengawasi kegiatan imam-imamnya. Pimpinan Gereja Protestan mulai bersahabat dengan Gereja Katolik pada masa kepemimpinan Uskup Oliver Plunkett.
Disamping kegemilangan yang diraihnya, ada pula banyak tantangan terhadap karyanya. la terpaksa tinggal di suatu tempat persembunyian tatkala aksi perlawanan terhadap Gereja Katolik semakin menjadi­jadi. Pada bulan Desember 1678 Uskup Oliver ditangkap dan dipenjarakan karena tuduhan-tuduhan palsu dari Titus Oates. Titus menuduh Oliver mengorganisir para imam Yesuit untuk melancarkan perlawanan terhadap Raja Charles II. Karena tuduhan ini, Oliver dihadapkan ke pengadilan Irlandia pada tahun 1680. Pengadilan tidak berhasil menghukumnya karena tuduhan itu tidak benar. Oliver kemudian diadili lagi untuk kedua kalinya di hadapan pengadilan Inggris dengan tuduhan pengkhianatan. la dituduh membiayai suatu ekspedisi militer Prancis untuk menyerang Irlandia. Oliver yang merasa tidak melakukan hal itu dengan tegas menolak tuduhan itu. Tetapi pihak pengadilan menjatuhkan juga hukuman atas diri Oliver tanpa ampun.
Uskup Oliver Plunkett adalah tokoh Katolik terakhir yang mati digantung di Inggris karena imannya dan perjuangannya menyebarkan iman Katolik. Kematiannya pada tanggal 11 Juli 1681 menandai akhir suatu abad penganiayaan terhadap Umat Katolik di Inggris.

Santo Teodorikus, Abbas
Teodorikus lahir di Menancourt, dekat Rheims, Prancis Selatan pada pertengahan abad V. Ketika menanjak dewasa, ia dipaksa mengawini seorang gadis yang disenangi oleh keluarganya. Teodorikus, karena rasa hormatnya yang tinggi kepada orang-tuanya, mengikuti saja keinginan mereka.
Tetapi setelah baberapa lama hidup bersama wanita itu sebagai suami-istri, dengan izinan istrinya, Teodorikus meninggalkan keluarganya dan menjadi seorang calon imam di Rheims. Santo Remigius, uskup kota itu, menahbiskan dia menjadi imam dan mengangkatnya sebagai pemimpin komunitas biara Mont d’Or (= Gunung Emas) di Champagne.
Di bawah kepemimpinannya, biara Mont d’Or menjadi sebuah pusat kegiatan keagamaan yang terkenal. Banyak orang yang berkunjung ke biara itu diteguhkan imannya setelah mendengar kotbah-kotbah Teodorikus. Setelah kematiannya pada tahun 533, penghormatan kepada Teodorikus tersebar ke seluruh negeri Prancis. Santo Teodorikus disebut juga dengan nama Santo Thierry.

Santo Pambo, Pertapa
Semenjak masa mudanya Pambo mengasingkan diri ke sebuah tempat pertapaan di gurun pasir Mesir. Hidupnya keras, sederhana dan serba kekurangan. Karena dia tidak pandai membaca, ia berguru pada seorang pertapa lain dalam hal membaca dan menghafal ayat-ayat Mazmur. Selain tidak pandai membaca, Pambo pun dikenal sebagai pertapa yang tidak suka banyak bicara. Namun ia dikenal sebagai pembimbing rohani yang disenangi.
Apabila orang mamintai nasehat dan bimbingan mengenai sesuatu soal kerohanian, Pambo selalu meminta waktu lebih dahulu untuk merenung dan berdoa. Maksudnya agar dia bisa memberi jawaban yang benar dan memuaskan sesuai dengan kehendak Allah.  Santo Athanasius, Uskup Aleksandria, yang kagum akan kesalehan hidup Pambo, mengundang dia ke Aleksandria untuk memberi kesaksian tentang keallahan Kristus, berhadapan dengan ajaran sesat Arianisme yang merajalela di kalangran umat.
Kepada rekan-rekannya, Pambo mengatakan “Berpuasa dan memberi derma dari hasil keringat sendiri amatlah mulia, namun itu belumlah cukup untuk menjadi seorang rahib yang berkenan kepada Allah”. Pambo meninggal dunia pada tahun 390.

Santo Simeon Salos, Pengaku Iman
Simeon dijuluki ‘Si Gila’ (= ho Salos; Yun.) sebab setelah bertapa selama 29 tahun di gurun dekat Laut Mati dan pulang ke Homs (Siria), ia bertingkah seperti orang gila. Maksudnya supaya ia dianggap hina dan dapat berkawan dengan orang-orang yang paling dikucilkan oleh masyarakat (gelandangan, orang lumpuh, pelacur, dll). Sikap seperti ini masih dihargai dan ditiru oleh sementara biarawan di Rusia.

Diambil dari:
https://liturgia-verbi.blogspot.co.id/

Leave a Reply

*

captcha *