Hari Biasa, Pekan Biasa VIII Jumat, 1 Juni 2018

Liturgia Verbi (B-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa VIII

Jumat, 1 Juni 2018

PW S. Yustinus, Martir

Ujud Umum/Universal – Jaringan Sosial.
Semoga jaringan-jaringan sosial dapat berfungsi dan bekerja efektif dalam membangun kehidupan inklusif, di mana orang bisa menghormati dan menerima perbedaan yang ada di dalamnya.

Ujud Gereja Indonesia – Umat Katolik terlibat aktif.
Semoga umat Katolik di tingkat lingkungan berani keluar dari ketertutupannya dan terlibat aktif dalam usaha membangun kehidupan bersama berdasarkan Pancasila.


Bacaan Pertama
1Ptr 4:7-13

“Jadilah pembagi rahmat Allah yang beraneka ragam.”

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus:

Saudara-saudara terkasih,
kesudahan segala sesuatu sudah dekat.
Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang,
supaya kalian dapat berdoa.
Tetapi yang terutama ialah
kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain,
sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.
Hendaknya saling memberi tumpangan tanpa bersungut-sungut.

Layanilah seorang akan yang lain,
sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang
sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.
Jika seseorang berbicara,
baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan sabda Allah;
Jika ada seorang melayani,
baiklah ia melakukannya
dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah,
supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu
karena Yesus Kristus.
Dialah yang memiliki kemuliaan dan kuasa
sampai selama-lamanya! Amin.

Saudara-saudara yang kekasih,
janganlah kalian heran akan nyala api siksaan
yang datang kepadamu sebagai ujian,
seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atasmu.
Sebaliknya, bersukacitalah,
sesuai dengan bagian yang kalian dapat
dalam penderitaan Kristus.
Dengan demikian kalian juga boleh bergembira dan bersukacita
pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.

Demikianlah sabda Tuhan.


Mazmur Tanggapan
Mzm 96:10.11-12.13,R:13b

Refren: Tuhan datang menghakimi bumi.

*Katakanlah di antara bangsa-bangsa:
“Tuhan itu Raja!
Dunia ditegakkan-Nya, tidak akan goyah.
Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran.”

*Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai,
biarlah gemuruh laut serta segala isinya,
biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya,
dan segala pohon di hutan bersorak-sorai.

*Biarlah mereka bersukacita di hadapan Tuhan, sebab Ia datang,
sebab Ia datang untuk menghakimi bumi.
Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan,
dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.


Bait Pengantar Injil
Yoh 15:16

Aku telah memilih kalian dari dunia,
agar kalian pergi dan menghasilkan buah,
dan buahmu itu tetap.


Bacaan Injil
Mrk 11:11-26

“Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.
Percayalah kepada Allah!”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada waktu Yesus tiba di Yerusalem,
Ia masuk ke Bait Allah,  dan meninjau semuanya.
Tetapi karena hari sudah hampir malam,
Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya.

Keesokan harinya,
sesudah mereka itu meninggalkan Betania,
Yesus merasa lapar.
Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun.
Ia mendekatinya untuk melihat
kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu.
Tetapi waktu tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa
selain daun-daun saja,
sebab memang bukan musim buah ara.
Maka kata Yesus kepada pohon itu,
“Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!”
Ucapan itu terdengar pula oleh para murid.

Maka Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem.
Sesudah masuk ke Bait Allah,
mulailah Yesus mengusir orang-orang
yang berjual beli di halaman Bait Allah.
Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya,
dan Ia tidak mengijinkan orang
membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah.
Lalu Ia mengajar mereka,
“Bukankah ada tertulis:
Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa?
Tetapi kalian ini telah menjadikannya sarang penyamun!”

Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar
tentang peristiwa itu.
Maka mereka berusaha untuk membinasakan Yesus.
Tetapi mereka takut kepada-Nya,
sebab mereka melihat orang banyak takjub akan pengajaran-Nya.
Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota.

Pagi-pagi Yesus dan murid-murid-Nya lewat,
dan melihat bahwa pohon ara itu sudah kering
sampai ke akar-akarnya.
Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi,
lalu berkata kepada Yesus,
“Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.”

Yesus menjawab mereka, “Percayalah kepada Allah!
Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung itu,
‘Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut,’
maka hal itu akan terjadi, asal ia tidak bimbang hati,
tetapi percaya bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi.
Karena itu Aku berkata kepadamu,
apa saja yang kalian minta dan doakan,
akan diberikan kepadamu,
asal kalian percayalah bahwa kalian akan menerimanya.

Dan jika kalian berdiri untuk berdoa,
ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di surga
mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”
Tetapi jika kalian tidak mengampuni,
maka Bapamu yang di surga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.

Demikianlah sabda Tuhan.


kasih

Renungan Injil
Sungguh menarik apa yang ditulis oleh Rasul Petrus pada Bacaan Pertama hari ini, “Kasih itu menutupi banyak sekali dosa”, suatu ungkapan yang sederhana dan mudah dipahami, tetapi belum tentu mudah dilaksanakan.
Kita memang tak luput dari perbuatan dosa, tetapi kasih, yang merupakan obat manjur untuk menghapus dosa, nampaknya menjadi persoalan tersendiri.

Tidaklah sulit untuk mengasihi diri sendiri, terlebih jika ada egoisme di dalam diri kita.
Urusan memetingkan diri sendiri bukanlah kasih yang dimaksudkan di sini.
Begitu pula halnya, mengasihi orang yang mengasihi kita, nampaknya hanya sebatas “take and give” saja, terlebih jika berpedoman pada kaidah “telur dan ayam”, baru mau mengasihi kalau kita dikasihi terlebih dahulu.
Kedua jenis kasih ini, yakni mengasihi diri sendiri dan mengasihi orang yang terlebih dahulu mengasihi kita, masih belum cukup untuk menutupi dosa.
Beginilah yang dikatakan oleh Yesus, “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?”  [Mat 5:46]

Sesuai dengan yang ditulis oleh Rasul Petrus, kasih adalah karunia Tuhan, yang kita terima dari Tuhan.
Dan kasih yang berasal dari Tuhan itu tidak ditujukan bagi diri sendiri atau pun hanya bagi orang yang mengasihi kita, melainkan mesti menjadi berkat bagi orang lain, dan bahkan bagi orang yang membenci atau memusuhi kita.

Nampaknya kasih yang berasal dari dunia terkait erat dengan kepemilikan.
Karena merasa memilikilah kita mengasihi lalu berbuat baik.
Ada pamrih terselip di balik kasih dunia itu.
Sama halnya, menunjukkan kasih kepada orang lain karena kita ingin dihormati, karena kita merindukan diperhatikan dan dihargai oleh orang lain, bukanlah wujud kasih yang berasal dari Tuhan, bukanlah berkat dari Tuhan.

Wujud kasih yang merupakan karunia Tuhan, antara lain: memberi tumpangan tanpa bersungut-sungut, melayani orang lain dengan sukacita,  berbicara sebagai orang yang menyampaikan sabda Allah, dan seterusnya.
Kasih Tuhan hendaknya kita wujudkan dalam suasana sukacita, seperti yang ditulis oleh Rasul Petrus, “Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kalian dapat dalam penderitaan Kristus.”

Nah, jika kita berhasil mewujudkan kasih Tuhan ini, maka akan banyak dosa yang ditutupi oleh kasih tersebut.
Semakin banyak kasih, maka semakin tertutuplah dosa kita itu, sebab orang yang mengimani kasih Tuhan akan serta-merta membawa dirinya ke dalam penyesalan dan pertobatan atas perbuatan dosanya, yang akhirnya akan menghasilkan pengampunan dari Tuhan.


Peringatan Orang Kudus
Santo Yustinus, Martir
Yustinus lahir dari sebuah keluarga kafir di Nablus, Samaria, Asia Kecil pada permulaan abad kedua kira-kira pada kurun waktu meninggalnya Santo Yohanes Rasul.
Yustinus mendapat pendidikan yang baik semenjak kecilnya. Kemudian ia tertarik pada pelajaran filsafat untuk memperoleh kepastian tentang makna hidup ini dan tentang Allah. Suatu ketika ia berjalan­jalan di tepi pantai sarnbil merenungkan berbagai soal. la bertemu dengan seorang orang-tua. Kepada orang-tua itu, Yustinus menanyakan berbagai soal yang sedang direnungkannya. Orang-tua itu menerangkan kepadanya segala hal tentang para nabi Israel yang diutus Allah, tentang Yesus Kristus yang diramalkan para nabi serta tentang agama Kristen. Ia dinasihati agar berdoa kepada Allah memohon terang surgawi.
Di samping filsafat, ia juga belajar Kitab Suci. Ia kemudian dipermandikan dan menjadi pembela kekristenan yang tersohor. Sesuai kebiasaan di zaman iru, Yustinus pun mengajar di tempat-tempat umum, seperti alun-alun kota, dengan mengenakan pakaian seorang filsuf. Ia juga menulis tentang berbagai masalah, terutama yang menyangkut pembelaan ajaran iman yang benar. Di sekolahnya di Roma, banyak kali diadakan perdebatan umum guna membuka hati banyak orang bagi kebenaran iman kristen.
Yustinus bangga bahwa ia menjadi seorang kristen yang saleh, dan ia bertekad meluhurkan kekristenannya dengan hidupnya. Dalam bukunya, “Percakapan dengan Tryphon Yahudi”, Yustinus menulis: “Meski kami orang Kristen dibunuh dengan pedang, disalibkan, atau dibuang ke moncong-moncong binatang buas, ataupun disiksa dengan belenggu dan api, kami tidak akan murtad dari iman kami. Sebaliknya, semakin hebat penyiksaan, semakin banyak orang demi nama Yesus, bertobat dan menjadi orang saleh”.
Di Roma, Yustinus ditangkap dan bersama para martir lainnya dihadapkan ke depan penguasa Roma. Setelah banyak disesah, kepala mereka dipenggal. Perisitiwa itu terjadi pada tahun 165. Yustinus dikenal sebagai seorang pembela iman terbesar pada zaman Gereja Purba.


Santo Simeon, Pengaku Iman
Simeon menempuh pendidikan di Konstantinopel dan hidup bertapa di tepi sungai Yordan. Pria berdarah Yunani ini kemudian menjadi rahib di biara Betlehem dan Gunung Sinai. Ia lebih suka hidup menyendiri dan menetap di seputar pantai Laut Merah dan di puncak gunung. Namun kemudian pemimpin biara mengutusnya ke Prancis. Setelah menjelajahi berbagai daerah, ia secara sukarela hidup terkunci di dalam sebuah bilik di suatu biara di Trier, Jerman sampai saat kematiannya.


Santo Johannes Storey, Martir
Yohannes Storey hidup antara tahun 1510-1571. Anggota parlemen Inggris ini sama sekali menolak mengakui Ratu Elisabeth I sebagai kepala Gereja. Akibatnya ia dipenjarakan. Namun sempat lolos dan melarikan diri ke Belgia. Dengan tipu muslihat, ia dibawa kembali ke Inggris dan digantung hingga menghembuskan nafasnya di London.


Santo Pamphilus dari Sesarea, Martir
Pamphilus lahir di Berytus, Phoenicia (sekarang: Beirut, Lebanon) pada tahun 240 dari sebuah keluarga terkemuka dan kaya. Pamphilus mempunyai minat dan bakat besar dalam masalah-masalah sekular di Berytus sambil meneruskan studi teologi di Sekolah Kateketik Aleksandria yang tersohor namanya di bawah bimbingan Pierius, pengganti Origenes. Dari Aleksandria ia pergi ke Sesarea, ibukota Palestina. Tak lama setelah ia tiba di Sesarea, ia ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Agapius. Ia menetap di sana dan teguh membela iman Kristen selama masa penganiayaan orang-orang Kristen sampai hari kematiannya sebagai martir sekitar tahun 309/310.
Pamphilus seorang imam, dosen, ekseget, dan pengumpul buku-buku yang bernilai tinggi. Dengan buku-buku yang berhasil dikumpulkannya, ia mengorganisir dan mengembangkan perpustakaan besar yang telah dirintis oleh Origenes. Perpustakaan ini berguna sekali bagi berbagai studi tentang Gereja. Dengan keahliannya di bidang teologi dan kitab suci, ia membimbing sekelompok pelajar dalam studi Kitab Suci. Eusebius, salah seorang muridnya – yang kemudian dijuluki ‘Bapa Sejarah Gereja’ – sangat akrab dengannya. Bersama dia, Phamphilus menulis sebuah biografi tentang gurunya (buku biografi ini telah hilang) sambil terus mengembangkan perpustakaan Sesarea di atas. Ia memusatkan perhatian pada pengumpulan teks-teks Alkitab beserta komentar-komentarnya sehingga koleksinya menjadi sumber informasi penting bagi penerbitan suatu versi penulisan Kitab Suci yang secara tekstual lebih tinggi daripada versi-versi lainnya pada masa itu. Koleksi teks-teks Kitab Suci dan buku-buku lainnya di dalam perpustakaan ini merupakan sumbangannya yang utama bagi Gereja, karena memberikan data yang lengkap dan terpercaya tentang literatur-literatur Kristen perdana. Karya Santo Hieronimus dan Eusebius di bidang Sejarah Gereja dan Kitab Suci didasarkan pada informasi yang disediakan di dalam perpustakaan Pamphilus ini. Sayang sekali bahwa perpustakaan ini dan semua buku yang ada di dalamnya dirusakkan oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh.
Kira-kira antara tahun 307 dan 308, Pamphilus ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa karena imannya. Sementara berada di penjara, ia bersama Eusebius – yang juga dipenjarakan – menulis sebuah apologi untuk rnembela Origenes; sebagian fragmen dari tulisan ini kini masih ada. Karena ia menolak untuk membawa korban kepada dewa-dewa kafir selama aksi penganiayaan oleh Maximinus Daza, ia dipenggal kepalanya antara tahun 309 atau 310.


Santo Ahmed, Martir
Ahmed adalah saudara Almansur, kepala negeri Lerida di Spanyol. Bersama dengan kedua adiknya Zaida dan Zoraida, Ahmed bertobat mengikuti Kristus dan dipermandikan menjadi Kristen, masing-masing dengan nama permandian: Bernard, Maria dan Gracia. Setelah menjadi Kristen ketiga kakak-beradik ini berusaha mengkristenkan Almansur, kakak mereka, tetapi tindakan mereka ini justru mengakibatkan kematian mereka sebagai martir. Mereka ditangkap dan diserahkan ke tangan algojo untuk dibunuh.

Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Leave a Reply

*

captcha *