Hari Biasa, Pekan Biasa IV Jumat, 7 Februari 2020

Liturgia Verbi (A-II)
Hari Biasa, Pekan Biasa IV

Jumat, 7 Februari 2020

 


Bacaan Pertama
Sir 47:2-11

“Dengan segenap hati Daud memuji-muji Tuhan
dan mengungkapkan kasihnya kepada Sang Pencipta.”

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Seperti lemak disendirikan untuk korban penghapus dosa,
demikianlah Daud dipungut dari orang-orang Israel.
Singa dipermainkan olehnya seolah-olah kambing jantan saja,
dan beruang seakan-akan hanyalah anak domba.
Bukankah di masa mudanya ia membunuh seorang raksasa
dan mengambil nista dari bangsanya
dengan melemparkan batu dari pengumban
dan mencampakkan kecongkakan Goliat?
Karena berseru kepada Tuhan Yang Mahatinggi,
yang memberikan kekuatan kepada tangan kanannya,
maka Daud merebahkan orang yang gagah dalam pertempuran,
sedangkan tanduk bangsanya ditinggikannya.
Itulah sebabnya ia disanjung-sanjung karena “laksaan”
dan dipuji-puji oleh karena berkat-berkat dari Tuhan,
ketika mahkota yang mulia dipersembahkan kepadanya.

Sebab ia membasmi segala musuh di kelilingnya,
dan meniadakan orang-orang Filistin, lawannya,
serta mematahkan tanduk mereka hingga hari ini.
Dalam segala tindakannya Daud menghormati Tuhan,
dan dengan kata sanjungan kepada Yang Kudus, Yang Mahatinggi.
Ia bernyanyi-nyanyi dengan segenap hati,
dan mengungkapkan kasihnya kepada Sang Pencipta.
Di depan mezbah ditaruhnya kecapi,
dengan bunyinya ia memperindah lagu dan kidung.
Ia memberikan kemeriahan kepada segala perayaan,
dan hari-hari raya diaturnya secara sempurna.
Maka orang memuji-muji Nama Tuhan yang kudus,
dan mulai pagi-pagi benar
suara orang bertalu-talu di tempat kudus-Nya.
Tuhan mengampuni segala dosanya
serta meninggikan tanduknya untuk selama-lamanya.
Tuhan menjanjikan kerajaan yang lestari,
dan menganugerahkan kepadanya takhta yang mulia di Israel!

Demikianlah sabda Tuhan.

 


Mazmur Tanggapan
Mzm 18:31.47.50.51,R:47b

Refren: Mulialah Allah, penyelamatku.

*Jalan Allah itu sempurna,
janji Tuhan adalah murni;
Dia menjadi perisai
bagi semua orang yang berlindung pada-Nya.

*Tuhan itu hidup!
Terpujilah gunung batuku
dan mulialah Allah Penyelamatku!
Maka aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu
di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan;
dan aku mau menyanyikan mazmur bagi nama-Mu.

*Tuhan mengaruniakan keselamatan yang besar
kepada raja yang diangkat-Nya;
dan menunjukkan kasih setia
kepada orang yang diurapi-Nya,
yakni Daud dan anak cucunya
untuk selama-lamanya.

 


Bait Pengantar Injil
Luk 8:15

Berbahagialah orang yang menyimpan sabda Allah
dalam hati yang baik dan tulus ikhlas,
dan menghasilkan buah berkat ketabahannya.

 


Bacaan Injil
Mrk 6:14-29

“Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, kini bangkit lagi.”

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:

Pada waktu itu Raja Herodes mendengar tentang Yesus,
sebab nama-Nya memang sudah terkenal, dan orang mengatakan,
“Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati,
dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia.”
Yang lain mengatakan, “Dia itu Elia!”
Yang lain lagi mengatakan,
“Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu.”
Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata,
“Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya,
dan kini bangkit lagi.”
Memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes
dan membelenggunya di penjara
berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya,
karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri.
Karena Yohanes pernah menegur Herodes,
“Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!”
Karena kata-kata itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes
dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat,
sebab Herodes segan akan Yohanes
karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci,
jadi ia melindunginya.
Tetapi setiap kali mendengar Yohanes,
hati Herodes selalu terombang-ambing,
namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.

Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias,
ketika Herodes – pada hari ulang tahunnya –
mengadakan perjamuan untuk pembesar,
para perwira dan orang-orang terkemuka di Galilea.
Pada waktu itu puteri Herodias tampil lalu menari,
dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya.
Maka Raja berkata kepada gadis itu,
“Minta dari padaku apa saja yang kauingini,
maka akan kuberikan kepadamu!”
Lalu Herodes bersumpah kepadanya,
“Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu,
sekalipun itu setengah dari kerajaanku!”

Anak itu pergi dan menanyakan ibunya,
“Apa yang harus kuminta?”
Jawab ibunya, “Kepala Yohanes Pembaptis!”
Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta,
“Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku
kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!”
Maka sangat sedihlah hati raja!
Tetapi karena sumpahnya
dan karena segan terhadap tamu-tamunya,
ia tidak mau menolaknya.
Raja segera menyuruh seorang pengawal
dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes.
Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara.
Ia membawa kepala itu di sebuah talam
dan memberikannya kepada gadis itu,
dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.

Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu
mereka datang dan mengambil mayatnya,
lalu membaringkannya dalam kuburan.

Demikianlah sabda Tuhan.

 


Kematian

Renungan Injil
Mari sekarang kita renungkan perihal kematian Yohanes Pembaptis, dalam kacamata kodrati.
Ada tafsir yang mengatakan bahwa sesungguhnya Herodes bersekongkol dengan Herodias merencanakan pembunuhan itu, makanya Herodes berani bersumpah “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu.”
Saya tidak setuju dengan tafsir ini, sebab Herodes menjadi sangat sedih setelah mendengar permintaan untuk memenggal kepala Yohanes.
Di mata Herodes, Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya.  [Mrk 6:20]
Herodias lah yang menjadi penyebab kematian Yohanes.
Ia telah dikuasai oleh iblis, dendamnya pun membara kepada Yohanes.

Ini sekaligus menegaskan bahwa kematian Yohanes dengan cara seperti itu bukanlah rencana Tuhan, bukan kodrati.
Tuhan memang telah menetapkan Yohanes untuk menjadi saksi-Nya, menjadi nabi-Nya, tetapi itu tidaklah berarti kita boleh mengetahui perihal bagaimana seseorang menemui ajalnya;  Sampai sekarang itu tetap menjadi misteri surgawi.
Tuhan tentu mengetahui segala sesuatu sebelum semuanya itu terjadi, tidak tidak semuanya merupakan rencana Tuhan.
Masih ingat ketika Yesus menyampaikan kepada Petrus bagaimana ia akan menemui ajalnya?
Begini yang disampaikan oleh Yesus, “Orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.”
Dan ketika Petrus menanyakan kepada Yesus bagaimana dengan rasul Yohanes, “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?”, Yesus menjawab, “Itu bukan urusanmu.”

Lalu mengapa Tuhan hanya diam saja, membiarkan Yohanes menemui ajalnya dengan cara yang mengenaskan?
Setiap orang, yang baik dan yang jahat, akan meninggal dunia dengan caranya masing-masing.
Yang dikehendaki oleh Tuhan, agar setelah meninggalkan dunia ini, manusia dapat berkumpul dengan-Nya di Surga.
Yohanes Pembaptis tidak mati-konyol.
Kematiannya adalah contoh pembelaan atas kebenaran Allah.
Dan Yesus pun telah mengatakannya, “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”  [Mat 5:10]

Bahwa setiap orang akan meninggal dunia, betul, itu kodrati.
Tetapi kapan waktunya, bagaimana kematian itu terjadi, adalah misteri surgawi.
Tetapi misteri tentang kemana perginya setelah meninggalkan dunia ini, telah diungkapkan oleh Yesus Kristus, “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.”  [bdk Yoh 14:2]
Jika kita bertobat dan memperoleh pengampunan, dan selanjutnya mentaati segala perintah-perintah-Nya, tidak berbuat dosa lagi, maka satu tempat di Surga telah tersedia bagi kita.

 


Peringatan Orang Kudus
Santo Rikardus, Pertapa
Rikardus dikenal sebagai seorang ayah yang saleh. Anak-anaknya dibesarkan dan dididik menjadi orang yang takut akan Allah. Ia pun mempunyai hubungan baik dengan para rahib. Ketika Wilibaldus, anaknya yang sulung menderita sakit berat, Rikardus yang saleh itu membawa dia kepada seorang rahib kenalannya untuk didoakan kesembuhannya. Temyata berkat doa dari rahib itu, Wilibaldus sembuh dari penyakit yang dideritanya.
Sebagai ucapan syukur kepada Tuhan, Rikardus mempersembahkan Wilibaldus kepada Tuhan. Lebih dari itu, ia mengizinkan Wilibaldus menjadi seorang biarawan dan misionaris bersama adiknya Wunibaldus dan Walburga. Ketiga bersaudara ini temyata menjadi Abdi Allah yang saleh dan kemudian dihormati Gereja sebagai Orang Kudus. Rikardus sendiri kemudian mengikuti jejak anak-anaknya menjadi pertapa. Ia meninggal dunia ketika sedang berziarah ke Roma.


Santa Koleta, Perawan
Koleta lahir pada tanggal 13 Januari 1381 dari sebuah keluarga Katolik yang saleh. Robertus, ayahnya adalah seorang tukang kayu yang taat agama. Demikian juga ibunya Margaretha.
Koleta boleh dikata merupakan karunia istimewa dari Tuhan kepada kedua orangtuanya yang tidak putus-putusnya berdoa memohon kelahiran seorang anak. Puteri kesayangan ini diberi nama Nikoleta, sebagai penghormatan kepada Santo Nikolaus dari Tolentino, perantara doa mereka. Dia dibesarkan dan dididik dalam adat kebiasaan Katolik yang berlaku pada masa itu.
Ketika menginjak usia muda sepeninggal orangtuanya, Nikoleta hendak dikawinkan dengan seorang pemuda baik-baik atas anjuran pastor parokinya. Tetapi dengan tegas Nikoleta menolak usul itu.  Ia telah memilih Kristus sebagai mempelainya. Untuk mempertegas hubungannya yang akrab dengan Kristus, Nikoleta masuk menjadi anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus.
Empat tahun kemudian, Koleta mengalami suatu penglihatan ajaib. Ia diminta oleh Santo Fransiskus untuk memulihkan kembali peraturan-peraturan dalam biara Suster-suster Klaris. Atas izinan Sri Paus di Roma, Koleta mulai menjalankan tugas berat itu. Meskipun banyak rintangan dihadapinya, namun dia berhasil menata kembali corak hidup membiara dengan disiplin yang baik di 17 buah biara, terutama di Belgia dan Prancis. Kiranya kesalehan hidupnya dan kebijaksanaannya menjadi landasan keberhasilannya.
Seperti Santo Fransiskus, Koleta pun sangat menyayangi anak-anak kecil dan binatang. Di kalangan pemerintah, ia memainkan peranan yang sangat besar karena usahanya menghentikan pertikaian antara raja-raja dan percekcokan di dalam keluarga-keluarga bangsawan. Koleta meninggal dunia di Gent, Belgia pada tanggal 6 Maret 1447.

 
Diambil dari:
http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

Leave a Reply

*

captcha *